Ayam kampung dengan produk NASA panen umur 50 hari dengan berat rata-rata 0,8 - 1 kg

Senin, 20 Februari 2012

BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN LELE


BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN LELE
Keunggulan Ikan Lele
Ikan lele adalah salah satu jenis  komoditas unggulan ikan air tawar. Dalam rangka peningkatan gizi masyarakat terutama sebagai sumber protein hewani, ikan lele sangat cocok dikembangkan karena sangat digemari masyarakat.
Ikan lele dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan:
·  dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi,
·  teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat,
·  pemasarannya relatif mudah
·  modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.

Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit. Usaha budidaya lele dumbo tidak pernah ada matinya, mulai dari pembibitan sampai pembesarannya.
Permintaan daging lele konsumsi terus meningkat baik untukpasar domestik maupun ekspor. Untuk pasar ekspor sangat membutuhkan lele dengan ukuran yang lebih besar (>500 g/ekor) baik dalam bentuk fillet (daging sayat) maupun surimi (daging halus).
 
Teknis Budidaya

a.  Pembuatan Kolam
Kolam merupakan sarana yang sangat penting dalam membudidayakan lele karena berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya. Syarat-syarat kolam yang baik meliputi pemilihan lokasi, ukuran dan kedalaman kolam serta model/ kontruksi kolam. Pemilihan lokasi yang baik, seperti dekat sumber air, kualitas sumber air, jauh dari limbah, prasarana transportasi baik, dekat dengan ketersediaan sarana produksi, keamanan terjamin dan mendapat dukungan dari masyarakat sekelilingnya akan sangat mendukung keberhasilan budidaya.
Budidaya pembesaran ikan lele dapat mengggunakan pilihan jenis kolam yaitu : kolam model permanen memakai dinding beton dengan lantainya, model semi permanen dengan menggunakan terpal plastik yang dua warna, ataupun kolam tanah. Pemilihan model kolam ini sama-sama punya kelebihan maupun kekurangannya,  yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Setelah kolam tersedia maka langkah budidaya selanjutnya adalah penyiapan air pemeliharaan.
Langkah ini memegang peranan penting dalam menjaga SR (lele yang bertahan hidup) maupun adaptasi yang sukses dari bibit hingga lele konsumsi.
Kolam lele biasanya memiliki kedalaman air 60 – 70 cm. Untuk pengisian air dapat menggunakan air sumur (untuk kolam di pekarangan rumah) maupun dari sumber lain seperti dari sungai yang kualitas airnya baik untuk budidaya lele. Dalam setiap kolamnya, dalam pengisian airnya menggunakan sistem 50% air baru dan 50% air bekas budidaya lele sebelumnya dari kolam lele yang sehat.
Air budidaya selanjutnya dibiarkan 10 – 14 hari hingga tumbuh plankton dan hewan-hewan kecil (zooplankton) yang akan bermanfaat untuk pertumbuhan ikan lele di awal budidaya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam penyiapan kualitas air yang diharapkan dalam membudidayakan lele dan menciptakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan lele. Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara) juga dapat digunakan untuk menetralkan berbagai racun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat dilakukan untuk menambah kesuburan lahan.

b. Penebaran bibit
it
Penebaran bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan dari kegiatan awal  proses budidaya ikan di kolam.
Bibit yang ditebar harus sehat dan baik dan memenuhi kriteria sebagai berikut yaitu :
·         ukurannya seragam dan warna cerah/mengkilap,
·         lincah dan gesit,
·         tidak cacat dan tidak ada luka ditubuhnya,
·         bebas dari bibit penyakit,
·         perbandingan tubuh dan kepalanya proporsional,
·         gerakannya melawan arus bila diberi arus.

Padat tebar yang digunakan tergantung dari model kolam, teknis budidaya dan kemampuan dari sumber daya manusia pengelolanya. Penggunaan bibit lele biasanya menggunakan ukuran 5/7 ataupun dengan ukuran 4/6, yang masing-masing ukuran memiliki resiko yang berbeda.
Untuk pemula dianjurkan ukuran yang lebih besar yaitu 5/7. Dalam penebaran bibit lele dalam satu kolam harus sejenis dan satu umur,  jadi tidak boleh berulang-ulang penebarannya, karena lele bersifat kanibalisme. Lele yang besar akan memakan lele yang lebih kecil sehingga SR lele menjadi rendah. Penebaran bibit lele sebaiknya dilakukan di sore hari (lebih dari jam 16.00).
Setelah lele ditebar, dipuasakan 1 – 2 hari dengan tujuan adaptasi dan memakan zooplankton. Waktu 10 hari pertama ini adalah waktu kritis budidaya lele, sehingga perlu perhatian yang cermat dalam pemberian pakan dan kesehatan lele. Pemberian pakannya dilakukan sebanyak dua kali yaitu pagi hari (jam 06.30) dan sore hari (jam 17.00).

c. Kualitas Air 

Syarat-syarat kualitas air yang baik untuk budidaya lele antara lain seperti tabel berikut:
No.
Parameter
Standar
1
Suhu
25-30 oC
2
pH
6,5 – 8,5
3
Oksigen terlarut (O2)
> Mg/l
4
Amonia total
max 1 (mg/l total amonia)
5
Kekeruhan
max 50 NTU
6
CO2
max 11 (mg/l)
7
Nitrit
min 0,1 (mg/l)
8
Alkalinitas
min 20 (mg/l CaCO3)
9
Kesadahan total
min 20 (mg/l CaCO3)
                                                               (Sumber: Rifianto, 2000)
Pengelolaan kualitas air harus diperhatikan dengan baik sehingga pertumbuhan lele maksimal dan lingkungan sangat cocok dengan lele yang dipelihara.
Pengelolaannya meliputi ganti air, tambah air, pemberian probiotik maupun pemupukan dan pembuangan limbah dasar kolam baik yang beasal dari pakan dan kotoran lele. Untuk menjaga kualitas air tetap optimal, pemberian pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang. Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON adalah 25 g/100m2.  

d. Pakan
Dalam budidaya lele intensif, pakan yang diberikan pakan buatan pabrik yang bentuknya pelet ataupun pakan buatan sendiri yang bertujuan menekan biaya pengeluaran dari pakan. Contoh kandungan nutrisi pakan lele dari beberapa merk pakan dari pabrik seperti berikut:
Keterangan
Jenis/Kode Pakan
581
FF999
781-2
781-3
Ukuran ikan (g/ekor)
pl13 - 1
> 1,5
3 - 40
> 40
Protein (%)
min 40
min 38
31 - 33
> 40
Lemak (%)
max 6
min 4
4 - 5
4 - 5
Serat kasar (%)
max 3
max 6
4 - 6
4 - 6
Abu (%)
-
max 16
5 - 8
5 - 8
Kadar air (%)
max 11
max 12
11 - 13
11 -13
       
Pemberian pakan ini tidak boleh berlebih dan harus sedikit demi sedikit sambil diamati sisa pakan yang di kolam. Pemberian pakan diawal ini sebaiknya pakan dibasahi air terlebih dahulu sehingga tidak mengganggu pencernaan lele. Lebih baik kurang pakan daripada kelebihan pakan di awal pertumbuhan ini. Banyak kejadian kematian di awal tinggi karena pemberian pakan yang salah
Pakan yang digunakan sebaiknya pakan yang kandungan proteinnya tinggi (38%) sehingga pertumbuhan lele menjadi baik dan cepat. Jenis pakan yang digunakan adalah 781-2 ataupun FF-999. Penggunaan jenis pakan ini sampai umur 15 hari. 
Selain itu selalu diperhatikan kesehatan dan kelincahan gerak lele. Bila ditemukan seperti luka putih di sirip, mulut, ataupun patil segera dilakukan tindakan pemberian garam grosok dalam pengendaliannya atau dengan memberi air hasil ekstrak daun pepaya. Bila lele cenderung diam maka bisa dilakukan penambahan air ataupun penggantian air kolam.
Umur 16 hingga 60 hari menggunakan jenis pakan 781 dengan kandungan protein 30%, yang ukuran pakannya pelet. Dengan menggunakan pakan jenis ini, umur 60 hari lele sudah dapat dipanen dengan size 8 ( 1 kg berisi 8 ekor lele). Pemberian pakannya dengan cara sekenyang mungkin tanpa ada sisa pakan yang tertinggal di kolam. Pakan dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pagi (jam 06.30) dan sore hari (jam 17.00). Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur dengan POC NASA dengan dosis 1 - 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya), bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal.
Waktu pemberian pakan ini harus disiplin dan jangan berganti-ganti waktu pakannya. Bila ingin mempercepat pertumbuhan dan memperpendek umur panen dapat dilakukan penambahan jam pakan 1 kali dengan syarat minimal beda interval waktu pakan 4-6 jam. Ini mempertimbangkan lama proses pakan di lambung lele selama 4 – 6 jam. Selama budidaya berjalan, tidak boleh dilakukan grading (sortir ukuran) maupun pergantian air secara ekstrim (pengesatan air).
Untuk ukuran kolam 3 X 5 m2 dengan kedalaman  air 70 cm, ditebar bibit sebanyak 1500 ekor dapat menghasilkan 120 kg lele (size 8 = 1 kg lele berisi 8 ekor lele dengan berat 125 g/ekor) dengan menghabiskan pakan 100 – 120 kg pakan. 

e. Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit dalam budidaya lele perlu perhatian yang sangat jeli, mengingat serangannya biasanya secara mendadak dan dapat menimbulkan kerugian yang besar. Hama dalam budidaya lele dapat berupa sebagai pemangsa/hewan predator seperti ular, linsang, musang dan burung. Hama juga dapat sebagai pesaing/hewan kompetitor seperti ikan-ikan jenis  lain yang ikut masuk dalam kolam lele ataupun jenis pengganggu seperti kepiting, belut ataupun tikus.
Penyebab penyakit dalam budidaya lele dapat digolongkan menjadi penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, jamur, parasit maupun bakteri dan penyakit non infeksi yang disebabkan oleh kesalahan lingkungan air kolam maupun kesalahan nutrisi pakan seperti penyakit kuning (jaundice), penyakit akibat pemberian pakan berlebih dan kekurangan vitamin C.

F. Panen

Panen merupakan tahap akhir dari kegiatan budidaya. Panen lele dilakukan setelah mencapai berat ekonomis dan bisa diterima pasar. Ukuran panen lele biasanya 8 – 10 ekor per kg.
Keberhasilan budidaya lele dapat dilihat dari hasil panen yang dihasilkan baik dari total tonase, jumlah lele yang dipanen, kualitas lele yang dihasilkan maupun nilai jual yang diterima, sehingga cara budidaya yang telah dilakukan dapat dievaluasi sudah menguntungkan atau belum berdasarkan perhitungan ekonomi.
Hasil panen ikan lele biasanya dalam kondisi hidup, baik dalam proses penimbangan maupun pengiriman barangnya sehingga diperlukan perhatian dalam proses panen dan waktu pelaksanan panennya. Bersamaan saat panen ini biasanya dilakukan sortir ukuran dengan mengambil lele yang kecil dan dikembalikan ke dalam kolam pemeliharaan kembali.

Informasi lebih lengkap bisa menghubungi kami di nomor telpon 08170422738 (Ir. Hepi Prana-Divisi Peternakan dan Perikanan NASA)
                     


2 komentar:

  1. tigorsude@yahoo.co.id2 Agustus 2012 pukul 13.52

    cara membeli produk nasa gmn om???
    saya brada di kota sumtra(pekanbaru)..

    BalasHapus